Header Ads

Delapan Langkah Bikin Content Marketing yang Kuat

Delapan Langkah Bikin Content Marketing yang Kuat

Zaman sekarang, pelanggan tak mau lagi dijadikan target promosi apalagi dibombardir dengan iklan. Kini, pelanggan ingin diperlakukan sebagai manusia seutuhnya yang memiliki budi, hati, dan spirit. Pelanggan ingin diperlakukan sejajar sebagai teman, bukan raja yang harus dielu-elukan. Dalam konteks inilah, content marketing mendapatkan tempat.

Apa itu content marketing? Seperti ditulis dalam artikel sebelumnya, content marketing bisa diartikan sebagai pendekatan pemasaran yang melibatkan proses penciptaan, kurasi, pendistribusian, sekaligus penguatan konten yang menarik, relevan, dan berguna bagi segmen audiens tertentu. Tujuannya tak lain membangun percakapan seputar konten tersebut.

Lalu, bagaimana langkah menciptakan content marketing yang bagus dan kuat? Mengacu pada buku Marketing 4.0 ada delapan tahapan membangun content marketing tersebut. Ini dia:

1. Tentukan tujuan

Sebelum membuat sebuah konten, pemasar sebaiknya menentukan dulu tujuan dari content marketing. Tanpa merumuskan tujuan secara jelas, pemasar tidak bisa mengukur keberhasilan konten tersebut, dari proses pembuatan hingga distribusinya.

Tujuan content marketing tersebut bisa diklasifikasikan menjadi dua tujuan besar. Pertama, tujuan yang terkait penjualan. Ini menyangkut juga sales closing, cross-sell, dan up-sell. Kedua, tujuan yang terkait merek. Ini menyangkut brand awarenessbrand association, maupun brand loyalty.

Berdasarkan riset, The Content Marketing Institute mengatakan perusahaan B2C (Business-to-Consumer) di Amerika Utara kebanyakan memanfaatkan content marketing untuk urusan kesadaran merek, loyalitas, serta engagement. Sedangkan perusahaan B2B (Business-to-Business) lebih mengedepankan tujuan penjualan.

Intinya, tentukan dulu tujuannya agar arah dan masa depan content marketing menjadi jelas. Ini akan memudahkan tahapan-tahapan selanjutnya.

2. Pemetaan Audiens

Sebagai bagian tak terpisahkan dari strategi pemasaran, content marketing juga harus memiliki segmen audiens yang jelas. Pemasar harus fokus pada segmen audiensnya. Tujuannya apa? Agar kontennya bisa lebih tajam sekaligus mengena segmen tersebut.

Segmentasinya bisa dilakukan seperti segmentasi biasanya, seperti berdasarkan geografi, demografi, psikografi, maupun perilaku. Biasanya, content marketing mengarah pada kelompok dengan perilaku tertentu, kelompok minat, kelompok gaya hidup, dan sebagainya. Misalnya, kelompok pecinta travelling, otomotif, kuliner, games, dan sebagainya.

Usai melakukan segmentasi, pemasar perlu mendeskripsikan profil audiensnya dengan lebih detail – termasuk memahami apa yang menjadi hasrat dan kecemasan mereka. Dengan ini, pemasar akan lebih gampang menentukan konten mana yang paling relevan dengan kehidupan audiens.

3. Ideasi Konten dan Perencanaan

Tahap selanjutnya adalah menemukan ide terkait konten yang akan diciptakan dan kemudian melakukan perencanaan. Kombinasi tema yang relevan dengan format yang nyaman dan cerita yang solid biasanya akan membuat konten menjadi kuat.

Tema konten yang baik bisa ditemukan dengan dua kriteria. Pertama, konten tersebut relevan dengan segmen audiens. Kedua, konten yang efektif mengusung cerita yang mencerminkan karakter dari merek terkait. Yang kedua ini maksudnya tak lain adalah konten tersebut mampu menjadi jembatan yang menghubungkan merek dengan hasrat dan kegalauan pelanggan. Konten di sini bisa menjadi sarana bagi merek untuk menegaskan diferensiasinya.

Selain tema, pemasar perlu menentukan format kontennya. Konten ini bisa diwadahi dalam berbagi bentuk. Bisa bentuk tulisan, seperti siaran pers, artikel, newsletter, white papers, studi kasus, blog, maupun buku. Bentuknya juga bisa visual, seperti infografik, komik, grafik interaktif, slide presentasi, games, video, film pendek, maupun film panjang.

Wadah konten itu bisa beragam apalagi di era Internet seperti sekarang. Paling tidak, konten tersebut juga ada di tempat-tempat yang menjadi jalur customer path. 

4. Penciptaan Konten

Tahap paling penting dalam content marketing adalah penciptaan konten itu sendiri. Karena paling penting, tentunya tidak boleh dikerjakan sembarangan. Penciptaan konten ini membutuhkan kreator-kreator yang andal. Pekerjaan ini juga bukan pekerjaan sampingan atau sambilan saja dalam perusahaan.

Penciptaan konten membutuhkan komitmen besar, baik dari sisi waktu maupun bujet. Mengapa harus sungguh-sungguh? Karena kalau kontennya jelek atau tak selaras dengan misi merek, konten itu bisa kontraproduktif bagi merek dan buang-buang waktu dan biaya saja.

Produksi konten ini harus dilakukan secara kontinu dan konsisten. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh orang-orang yang cakap di bidangnya, seperti jurnalis, scripwriter, animator, maupun videografer. Dalam hal ini, ada perusahaan yang membangun content creator-nya sendiri dan ada yang menggunakan pihak ketiga. American Express Publishing, misalnya, memiliki tim kreator kontennya sendiri untuk mengisi segmen Travel + Leisure dan Food & Wine.

5. Distribusi Konten

Konten yang bagus tapi kalau tidak didistribusikan dengan tepat akan sia-sia belaka. Istilah content marketing populer di era digital. Tapi, tak berarti pendistribusian konten ini hanya melewati kanal-kanal digital saja. Kanal online dan offline harus dimanfaatkan. Contohnya, penerbitan buku korporat Delivering Happines oleh Zappos dan buku The Everything Store oleh Amazon.

Ada tiga kategori besar media yang bisa dimanfaatkan untuk distribusi konten ini, yakni owned mediapaid media, dan earned media. Owned media mengacu pada kanal-kanal yang dimiliki perusahaan itu sendiri, seperti penerbitan korporat, event korporat, website, blog, komunitas, dan sebagainya. Sedangkan paid media mengacu pada media atau kanal berbayar. Misalnya, iklan, advertorial, koran, televisi, dan sebagainya. Sedangkan earned media mengacu pada media sosial, komunitas, yang berfungsi untuk memviralkan sekaligus menggaungkan konten.

6. Amplifikasi Konten

Kunci utama distribusi konten yang kuat adalah strategi amplifikasi konten tersebut. Agar menjadi viral di media sosial, misalnya, konten tersebut tidak sekadar menarik dan membiarkan terdistribusi secara organik. Tapi, perlu didesain sedemikian rupa agar memiliki daya viral dan engagement yang lebih kuat.

Dalam hal ini, peran influencer, buzzer, endorser, atau figur berpengaruh menjadi penting dalam proses amplifikasi konten ini. Peranan mereka adalah membuka akses konten kepada kelompok audiens yang lebih besar. Yang patut diperhatikan, sekali konten tersebut dibicarakan di kelompok, pemasar harus intensif mendengarkan dan terlibat dalam percakapan tersebut. Bila tidak ada komunikasi, kekuatan amplifikasi konten akan meredup.

7. Evaluasi Content Marketing

Usai terdistribusi, evaluasi terhadap konten menjadi tahap penting. Untuk apa? Untuk menilai performa dan strategi yang sudah dijalankan. Terkait strategi, apakah konten tersebut pada akhirnya berpengaruh pada tujuan yang ditetapkan atau tidak – terkait penjualan dan merek.

Tekait taktik, pemasar perlu mengevaluasi format dan kanal media. Apakah sudah menyentuh customer path (Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate. Di sini, apakah konten kita sudah visible (aware), relevan/relatable (appeal), mudah dicari/searchable (ask), bisa diklik atau dibaca/action-able (act), dan di-share ke orang lain/shareable (advocate).

8. Pengembangan Content Marketing

Salah satu keuntungan content marketing adalah konten tersebut lebih terukur. Kita bisa melihat performanya dengan lebih jelas dengan menilai tema, format, maupun kanal distribusinya. Pengukuran ini sangat penting bagi pengembangan content marketing tersebut ke depannya.

Di sini, pemasar ditantang untuk terus berinovasi secara kreatif agar bisa produktif dalam konten-koten baru dengan tema, format, maupun kanal-kanal yang baru pula. Intinya, tanpa ada inovasi, content marketing akan cepat basi dan tak relevan lagi dengan dunia pelanggan yang cepat berubah seperti sekarang ini.

Siap membuat konten marketing yang ciamik?

No comments:

Powered by Blogger.